Okt 27, 2025
spot_img

Kritik Dua Wajah: Sentimen Rasial dan Membaca Ulang Pernyataan Said Aqil Siradj

Podcast Akbar Faisal Uncensored edisi 31 Maret 2025 bertepatan 1 Syawal 1446 H bersama Said Aqil Siradj berjudul “Manipulasi Habib, Sejarah Islam Ekstrem dan Cawe-Cawe Jokowi di NU”  merupakan contoh buruk dari konten provokatif yang tidak mencerminkan etika jurnalisme warga.

Sebagai seorang influencer sekaligus pelaku citizen journalism, Akbar Faisal seharusnya menjunjung tinggi prinsip keseimbangan informasi, bukan justru menyebarkan sentimen rasial yang dapat memecah belah dan menyesatkan publik. Konten semacam ini berbahaya bagi harmoni sosial dan tidak layak untuk ditoleransi.

Pernyataan Said Aqil dalam kesempatan tersebut juga patut dikritisi, bukan hanya karena nuansa keluhan personal yang kental, tetapi juga karena sarat kontradiksi. Ia mengungkapkan kekecewaannya terhadap Presiden Jokowi terkait pemilihan Ketua PBNU di Lampung, namun di saat yang sama terkesan membenarkan kritik dari kalangan NU sembari meragukan niat serupa dari para Habaib.

Ironisnya, ketika seorang Habib menyampaikan kritik terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai agama dan keadilan, narasi yang dibangun justru menuduhnya bermuatan politik dan provokatif. Sebaliknya, jika kritik datang dari tokoh NU, hal itu dianggap sebagai bagian dari tradisi intelektual dan kebebasan berpendapat.

Tak dapat disangkal, sentimen rasial turut mewarnai podcast tersebut. Ada kecenderungan mempertanyakan asal-usul keturunan seseorang, seolah-olah darah menjadi tolok ukur sah atau tidaknya seseorang berbicara atas nama umat. Padahal, sejarah Islam menunjukkan bahwa para ulama besar, baik dari kalangan Arab maupun non-Arab, telah berjuang dengan ikhlas tanpa menjadikan identitas etnis sebagai alat legitimasi dakwah.

Jika prinsip amar ma’ruf nahi munkar benar-benar menjadi nilai bersama, maka siapa pun yang menyerukannya—baik dari NU, Muhammadiyah, Habaib, maupun kelompok lainnya—semestinya dihargai secara setara, bukan malah dihakimi berdasarkan latar belakang golongan, organisasi, atau keturunan.

Dalam konteks ini, pernyataan Said Aqil justru memperdalam polarisasi di tengah umat. Alih-alih menjadi perekat persatuan, ucapannya memberi kesan bahwa kritik hanya sah bila datang dari kelompok tertentu. Ini adalah bentuk inkonsistensi yang mencederai semangat keadilan dan ukhuwah Islamiyah.

Jakarta, 1 April 2025

 

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru

sakarya bayan escort escort adapazarı odunpazarı escort