INDONESIA TODAY ONLINE – Gaduh soal nasab kembali menyeruak. Insiden pun terjadi, dan Rabithah Alawiyah (RA) justru terseret dalam narasi sesat yang dibawa oleh para pembatal nasab. Mereka menebar jebakan: Laporkan ke polisi, itu yang kami tunggu! Sebuah provokasi cerdik nan licik. Celakanya, RA termakan dilema, galau, dan enggan melapor. Padahal, seandainya langkah hukum itu diambil, bukan perkara keabsahan nasab yang dipersoalkan, melainkan ujaran kebencian, provokasi SARA, dan upaya meretakkan harmoni sosial yang telah lama kita rajut sebagai bangsa majemuk.
RA seharusnya tidak larut dalam kekhawatiran yang direkayasa. Justru bila laporan dilakukan, fokusnya adalah pada potensi konflik sosial akibat intoleransi yang dibiarkan tumbuh. Rabithah bukan saja akan didukung oleh segenap kaum muslimin, tetapi juga komunitas lintas agama yang resah melihat nilai-nilai kebhinekaan dicabik oleh propaganda kebencian. Ini bukan pertarungan identitas, melainkan pembelaan terhadap nilai-nilai kebangsaan dan tatanan sosial yang damai.
Sayangnya, sejak awal Rabithah Alawiyah tampak gagal membaca arah angin. Insiden Pemalang menjadi preseden buruk bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Diam bukanlah pilihan bijak ketika intoleransi tumbuh subur. Saatnya Rabithah bertindak, bukan sekadar bertahan. Jangan biarkan narasi busuk itu merajalela tanpa perlawanan. Bangsa ini butuh suara yang tegas dalam menjaga persatuan.
Jaringan Jawara & Santri se-Banten Raya- JASBARA-
310725


