INDONESIA TODAY ONLINE – Tesis, dalam filosofi ilmu pengetahuan, adalah karya akademik yang bertujuan mencari, mengembangkan, atau menguji kebenaran melalui metode yang sistematis dan berbasis bukti. Sebagai bagian dari pencarian ilmu, tesis seharusnya berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik terhadap suatu fenomena, bukan menjadi alat untuk menciptakan kegaduhan atau perpecahan.
Jika sebuah tesis dibuat dengan niat untuk menimbulkan permusuhan atau konflik, maka secara etis dan akademis hal ini tidak dapat dibenarkan. Ilmu pengetahuan seharusnya bertujuan untuk membangun dialog, bukan memperkeruh keadaan.
Kritik yang tajam terhadap suatu sistem atau ideologi dalam tesis masih dapat diterima jika didukung oleh argumen yang logis dan bukti yang valid, tetapi jika tujuannya hanya untuk menciptakan perpecahan tanpa dasar ilmiah yang kuat, maka hal itu bertentangan dengan prinsip etika akademik dan nilai-nilai ilmiah.
Tesis yang baik adalah yang mampu membuka ruang diskusi, memberikan wawasan baru, serta mendorong solusi terhadap suatu permasalahan, bukan malah memperburuknya.
Pengertian Tesis Secara Istilah dan Non Akademik
Secara istilah di luar konteks akademik, tesis dapat diartikan sebagai suatu gagasan utama, pendapat, atau pernyataan yang diajukan seseorang untuk dipertahankan atau dibuktikan dalam suatu diskusi atau perdebatan.
Dalam kehidupan sehari-hari, tesis bisa merujuk pada sebuah keyakinan kuat atau pandangan yang seseorang yakini sebagai kebenaran, yang kemudian digunakan untuk mendukung suatu argumen dalam berbagai konteks, seperti filsafat, politik, atau bahkan dalam percakapan biasa.
Sebagai contoh, dalam sebuah perdebatan sosial, seseorang bisa mengajukan tesis bahwa “Teknologi lebih banyak membawa dampak positif daripada negatif,” lalu ia berusaha mempertahankan pandangan tersebut dengan alasan dan bukti yang mendukung.
Jadi, dalam pengertian non-akademik, tesis lebih menyerupai pendapat yang terstruktur dan memiliki dasar logis yang bisa diuji melalui diskusi atau pemikiran kritis.
Tesis Non Akademik Terikat Etika dan Moral
Tesis non-akademik tidak selalu terikat dengan etika ilmiah sebagaimana tesis akademik. Dalam dunia akademik, etika ilmiah menekankan kejujuran, objektivitas, dan argumentasi berbasis bukti. Namun, dalam konteks non-akademik, terutama di ruang publik seperti media, politik, atau opini pribadi, sebuah tesis sering kali disusun berdasarkan kepentingan tertentu dan bisa saja kurang objektif atau bahkan subjektif.
Secara etika dan moral, tidak dapat dibenarkan jika sebuah tesis—baik akademik maupun non-akademik—sengaja dibuat untuk menyesatkan, menghasut, atau menciptakan perpecahan dan permusuhan.
Sebuah tesis yang sehat seharusnya didasarkan pada niat untuk mencari kebenaran, membuka ruang diskusi yang konstruktif, atau menawarkan perspektif baru, bukan sebagai alat untuk manipulasi atau propaganda yang merugikan orang lain.
Namun, dalam kenyataan sosial, ada banyak tesis yang digunakan sebagai alat politik atau ideologis untuk membentuk opini publik, yang terkadang dapat mengarah pada intoleransi, konflik atau perpecahan. Oleh karena itu, masyarakat dituntut untuk lebih kritis dalam menerima dan menilai suatu tesis, terutama yang beredar di media sosial atau lingkungan politik, agar tidak terjebak dalam narasi yang menyesatkan.
Tesis non-akademik tidak selalu terikat dengan etika ilmiah, tetapi tetap harus dipertimbangkan berdasarkan etika sosial dan moral. Jika sebuah tesis sengaja dibuat untuk menyesatkan, menghasut, atau menciptakan permusuhan, maka secara moral tidak dapat dibenarkan. Sebaliknya, tesis yang baik adalah yang berkontribusi pada diskusi yang sehat, pemahaman yang lebih luas, dan solusi atas suatu permasalahan.
Cibubur, 1 Februari 2025