Okt 10, 2024
spot_img

Habib Kribo Antara Pro dan Kontra

FENOMENA HABIB KRIBO

Mungkin sebagian orang memandang Habib juga keturunan Arab di negeri ini terbelah dalam dua polar ekstrem.

Salah satu kubu, entah karena bodoh atau sadar memuja setiap habib sebagai manusia suci atau pasti terampuni sebejat apapun perbuatannya meski tak bertaubat.
Mereka mengerumuni dan mengikuti seruan satu dua habib yang diyakininya sebagai pemimpin yang harus dipatuhi dan menutup telinga, mata dan nalar mengabaikan fakta nyata perbuatan salah dan pernyataan ngawurnya seraya menganggap opini yang mempertanyakannya sebagai sikap anti Islam, kriminalisasi ulama dan tuduhan semacamnya.

Kubu di seberangnya karena kekesalan terhadap ulah buruk satu atau beberapa habib atau karena menentang pemujaan yang dianggapnya tak manusiawi atau karena mengira semua habib merestui ulah buruk beberapa oknum habib mengeneralisasi stigma negatif atas semua habib disertai aneka cemooh rasial bahkan ancaman lainnya dengan tuduhan mencari serta menikmati pemujaan juga memanfaatkan status habib yang terlanjur dianggap sakral demi menghimpun kekayaan dan dan membangun kekuasaan.

Kerap kali bila tersebar berita sebuah kejahatan yang dilakukan oleh orang yang dikenal atau diduga atau mengaku habib, status habibnya justru yang diekspos, padahal pelaku kejahatan terkait dengan kejahatannya. Medsos pun seolah menjadi pengadilan bebas tanpa norma keadilan, cuitan, video dan aneka platform pun mengulas dengan narasi yang menggenjot ketegangan dan menebar kengerian. Banyak yang mendadak yang berkat video-video berkonten narasi kebencian rasial mendadak jadi youtuber kebanjiran viewer dan subscriber.

Ternyata setelah menjalani hukuman, makin ngawur terutama terhadap pejabat negara. Rupanya dia seolah menjadikan atribut narapidana sebagai prestasi tambahan dalam album vandalisme. Reaksi penentang juga makin keras dengan aneka narasi proporsional maupun serampangan.

Ketegangan memuncak. Organisasi yang mengaku sebagai wadah komunitas habib alih-alih memberikan pernyataan yang mengklarifikasi serta mengecam ulah buruknya, malah terkesan mendukung. Akibatnya, komunitas habib terbelah dua antara yang bersikap konservatif bersama organisasi tersebut dan yang berpikiran terbuka dan mengecam sikap elit organisasi.

Seorang pria yang tak pernah muncul di panggung majelis zikir dan tak pernah berpenampilan sebagai agamawan, seorang akuntan yang menjalani gaya hidup modern sekonyong muncul bak petir menyambar. Dia tinggalkan kehidupan yang sahaja dan adem ayem lalu merelakan dirinya menjadi antitesis bagi habib residivis demi menyadarkan para habib untuk teriak lantang menentang pembodohan umat dan penistaan agama oleh beberapa anasir habib dan memperkenalkan tipe alternatif seorang habib. Dialah Habib Kribo.

Meski beberapa pernyataannya dalam video-videonya terdengar sangat keras bahkan vulgar terhadap para habib yang dicapnya sebagai biang keonaran yang mendadak viral, pemilik nama Zen Assegaf mungkin mewakili suara hati silent majority komunitas habib yang jauh dari hiruk pikuk. Meski terlihat keras dalan diksi, jiwanya yang lembut melukiskan sosok yang memikul derita psikis komunitas habib dan keturunan Arab yang cemas akibat ulah habib residivis dan reaksi sinis para penentangnya di media sosial.

Kita boleh setuju dan tidak sepakat dengan cara dan sebagian pernyataan Habib Kribo yang kadang terlihat sangat emosional, tapi kehadirannya bisa memahamkan sebagian masyarakat bahwa komunitas habib juga keturunan Arab tidak homogen. Di dalamnya ada yang ekstremis jumud, ada pula yang moderat bahkan super moderat dan sangat liberal tanpa beban primordialisme.

Zen Assegaf di balik konten-kontennya yang spontan menyampaikan sebuah pesan lirih yang melejit dari relung sanubari seorang habib proletar kepada seluruh bangsa Indonesia untuk bersikap adil kapan dan di manapun terhadap siapapun sekaligus sekelumit ucapan tulus permohonan maaf atas ulah sekawanan penista agama yang suci ini.

ZEN

Pernyataan-pernyataan tajam dan kasar Habib Kribo tak ditanggapi oleh yang dikritik atau dilaporkan tapi malah diserang dengan meme yang isinya tak berkaitan dengan isi pernyataannya. Ini justru kian melejitkan nama dan kribo-nya.

  1. Dia adalah seorang yang punya status sama dengan tokoh-tokoh yang dihormati massanya karena statusnya. Kasarnya, sama-sama punya kartu.
  2. Dia bukan youtuber, pegiat medsos dan buzzer profesional yang sengaja membranding diri demi meluaskan ketenaran dan mengundang viewer, tapi warga biasa yang sejak lama menentang politisasi agama dan eksploitasi gelar Habib demi menggerakkan massa polos yang terjejali doktrin irrasional kultus Habib.
  3. Dia mengabaikan pencitraan dan kejaiman alias kesantunan artifisial dengan gaya bicara yang orisinal dan lepas serta diksi spontan, yang boleh jadi sebagian kita tak sependapat, dia mewakili dirinya sendiri sebagai Habib egaliter yang jujur tanpa seting dan arahan.
  4. Dia sekarang punya banyak penggemar dan pendukung yang besar karena dia adalah satu-satunya orang berani mengkritik secara blak-blakan para Habib yang rajin menggerakkan massa menentang Pemerintah.
  5. Dia melakukan kritik tajam demi membela kebhinekaan dan institusi negara, bukan kelompoknya.

Kemunculan habib yang satu ini adalah gempa yang menggoyang singgasana sejumlah habib yang menjadi penguasa panggung keumatan membuat mereka berada dalam situasi dilematis. Membantahnya atau melaporkannya berarti membuatnya makin tenar dan suaranya makin bergaung. Membiarkannya berarti mengakui kesaktiannya serta memberinya kesempatan melancarkan pukulan-pukulan berat berupa narasi tajam dan terarah yang bisa menggoroti popularitas dan mendelegitimasi posisi sakral mereka di mata tengah penyorak.

Habib Kribo memang bukan ulama, sebagaimana diakuinya sendiri, malah dia membuktikan melalui kemunculannya yang kontan ngetop bahwa habib bisa relijius, bisa penjahat, liberal dan awam, bisa sangat baik seperti Habib Lutfi dan Prof. Quraish yang sering disebutnya. Setidaknya dia sukses menampilkan diri sebagai habib yang kontras dengan profil habib yang lekat di benak masyarakat.

Setuju atau tidak setuju dengan sikapnya atau diksi-diksinya itu urusan masing-masing. Yang pasti, sarjana akuntansi ini mewakili dirinya sendiri sebagai manusia dan sebagai warga negara yang sedang menggunakan haknya berpendapat. Kalau dianggap salah, sebaiknya dibantah. Kalau dianggap melanggar hukum, sebaiknya dilaporkan.

Menyikapinya secara intelektual atau secara hukum lebih elegan ketimbang melemparinya dengan stigma Syiah, habib palsu, habib liberal dan semacamnya (yang tak berkaitan dengan subjek pernyataan-pernyataannya) yang sangat mungkin diacuhkannnya. Dia saat ini menjadi salah satu orang tersibuk di Tanah Air.

BERSIKAP ADIL TERHADAP HABIB KRIBO

Boom! HK menggebrak media sosial. Kemasan visualnya biasa-biasa saja. Narasinya pun kadang hanya kalimat-kalimat yang diulang-ulang. Tapi gaya ceplas ceplos dan pernyataan vulgar tanpa sensor itu justru menjadi magnit melejitkan nama dan channelnya, terutama bagi warganet yang sepemikiran. Begitulah rezim algoritma.

Karena mengandalkan spontanitas dan otensitas, tentu terlihat tidak santun tidak rapi. Sebagian yang menentang para habib penggerak umat intoleran dan sepemikiran dengannya menyesalkan blunder yang kerap terlontar dari mulutnya. Ada pula yang menganggap kehadiran HK di medsos kontraproduktif karena para penentangnya terutama kalangan radikalis, mencoba menghentikan laju popularitasnya dengan mengaitkan HK dengan Syiah yang terus digempur dengan stigma sesat bahkan kafir yang bisa menyulitkan komunitas penganutnya. Namun, anggapan itu rapuh. Tanpa HK pun, Syiah akan tetap dibenci oleh para pemimpi khilafah juga pembid’ah maulid. Hampir semua tokoh toleran dilempari stigma Syiah agar dianggap sesat lalu dikucilkan.

Blunder HK yang paling fatal adalah pernyataan soal eksistensi keturunan Yaman sebagai penumpang di sini (plus ejekan pulang saja ke kampung halaman yang tandus, miskin, dan primitif itu). Ini justru bertentangan dengan esensi kebangsaan yang merupakan produk konsensus dari Sumpah Pemuda. Pernyataan absurd itu selain memberi pupuk segar falasi rasisme, melibas dirinya sebagai bagian nyata dari subjek. Mestinya reaksi terhadap perilaku buruk sejumlah oknum habib diisi dengan narasi kebhinekaan dan kesetaraan.

Terlepas dari blundernya, HK mengingatkan kita bahwa sebagian kesantunan dan kerapian diksi hanyalah pencitraan dan kepalsuan hasil setingan.

HK merefresh memori kita kepada salah satu mantan gubernur DKI yang lugas dan ceplas ceplos. Kebetulan keduanya dari etnis minoritas. Bedanya, HK bukan politikus, bukan pejabat, bukan akademisi dan bukan agamawan. Dia secara sosial, bukan siapa-siapa. Karena bukan siapa-siapa, dia “berhak” tidak rapi.

Mengutip komentar salah seorang dosen, HK penting untuk melawan glorifikasi dua nama selainnya pasca proses hukum mereka, untuk meyakinkan awam dengan “bahasa Indonesia” bahwa yang sedang dipenjara bukan Nelson Mandela.

Meski cara dan diksinya mengakibatkan beberapa blunder, HK tetaplah protagonis. Mensejajarkannya dengan para “pengamen” agama di panggung umat tidaklah adil.

Semoga dia belajar dari blunder, menerima kritik konstruktif dan terus menyempurnakan konten-kontennya dengan memperbanyak kosa kata, menghindari generalisasi terutama tentang bangsa, suku, etnis dan kelompok serta tidak keluar dari tema intoleransi dan kapitalisasi agama.

Pernyataan-pernyataan tajam dan kasar Habib Kribo tak ditanggapi oleh yang dikritik atau dilaporkan tapi malah diserang dengan meme yang isinya tak berkaitan dengan isi pernyataannya. Ini justru kian melejitkan nama dan kribo-nya.

Dia adalah seorang yang punya status sama dengan tokoh-tokoh yang dihormati massanya karena statusnya. Kasarnya, sama-sama punya kartu.

Dia bukan youtuber, pegiat medsos dan buzzer profesional yang sengaja membranding diri demi meluaskan ketenaran dan mengundang viewer, tapi warga biasa yang sejak lama menentang politisasi agama dan eksploitasi gelar habib demi menggerakkan massa polos yang terjejali doktrin irrasional kultus habib.

Dia mengabaikan pencitraan dan kejaiman alias kesantunan artifisial dengan gaya bicara yang orisinal dan lepas serta diksi spontan, yang boleh jadi sebagian kita tak sependapat, dia mewakili dirinya sendiri sebagai habib egaliter yang jujur tanpa seting dan arahan.

Dia sekarang punya banyak penggemar dan pendukung yang besar karena dia adalah satu-satunya orang berani mengkritik secara blak-blakan para habib yang rajin menggerakkan massa menentang Pemerintah.

Dia melakukan kritik tajam demi membela kebhinekaan dan institusi negara, bukan kelompoknya.

Kemunculan habib yang satu ini adalah gempa yang menggoyang singgasana sejumlah habib yang menjadi penguasa panggung keumatan membuat mereka berada dalam situasi dilematis. Membantahnya atau melaporkannya berarti membuatnya makin tenar dan suaranya makin bergaung. Membiarkannya berarti mengakui kesaktiannya serta memberinya kesempatan melancarkan pukulan-pukulan berat berupa narasi tajam dan terarah yang bisa menggoroti popularitas dan mendelegitimasi posisi sakral mereka di mata tengah penyorak.

Habib Kribo memang bukan ulama, sebagaimana diakuinya sendiri, malah dia membuktikan melalui kemunculannya yang kontan ngetop bahwa habib bisa relijius, bisa penjahat, liberal dan awam, bisa sangat baik seperti Habib Lutfi dan Prof. Quraish yang sering disebutnya. Setidaknya dia sukses menampilkan diri sebagai habib yang kontras dengan profil habib yang lekat di benak masyarakat.

Setuju atau tidak setuju dengan sikapnya atau diksi-diksinya itu urusan masing-masing. Yang pasti, sarjana akuntansi ini mewakili dirinya sendiri sebagai manusia dan sebagai warga negara yang sedang menggunakan haknya berpendapat. Kalau dianggap salah, sebaiknya dibantah. Kalau dianggap melanggar hukum, sebaiknya dilaporkan.
Menyikapinya secara intelektual atau secara hukum lebih elegan ketimbang melemparinya dengan stigma Syiah, habib palsu, habib liberal dan semacamnya (yang tak berkaitan dengan subjek pernyataan-pernyataannya) yang sangat mungkin diacuhkannnya. Dia saat ini menjadi salah satu orang tersibuk di Tanah Air.

SISI LAIN DARI HABIB KRIBO

Banyak orang hanya menilai orang dari outlook dan kesantuan yang dikemas demi pencitraan. Di balik gaya bicara kasar dan penampilan garangnya ketika bicara tentang intoleransi depan kamera, ada desir kelembutan hati dan bilur derita besar yang mengiringi setiap detak jantungnya.

Beberapa tahun lalu saya pernah menulis sebuah artikel singkat tentang teman saya ini, tapi karena saat itu dia belum setenar sekarang tak banyak yang membacanya.

Zen Asseggaf adalah satu dari beberapa yang amat berjasa kepada saya dejak pulang ke Tanah Air dan punya saham dalam kehidupan saya sejak menginjakkan kaki di Ciilitan Kecil sekitar 20 tahun silam. Saya takkan mampu menebus kedermawanan pria yang dikenal pemberani ini.

Saat menjalani profesi akuntan di beberapa perusahaan asing dan sukses dalam karir di usia muda, rumahnya menjadi hotel bintang 5 gratis bagi siapapun dari luar Jakarta yang singgah dan bermalam bahkan tak jarang menjadi tamu lebih dari sebulan tanpa perubahan dalam kualitas pelayanan dan kehangatan. Beberapa tokoh dan mubalig yang datang dari luar Jakarta menjadi pelanggan rutin rumahya yang terbilang nyaman dan di ujung gang buntu dataran tinggi kampung Cililitan yang berbatas sungai Ciliwung. Tak heran tupai dan musang masih bebas beraktivitas di semak dedauan lebat aneka pohon di sekitarnya. Meski harus kerja meninggalkan rumah, para tamu dipersilakan menikmati setengah bagian rumah yang dikhususkan untuk mereka. Isterinya tak bosan memadati meja tamu dengan aneka menu kue dan minuman. Usai pulang kerja Zen menghadap khuduk monitot PC dan langsung aktif menentang ekstremisme di miling list google. Ketika FB masuk Indonesia dia langsung aktif memposting pandangan tentang toleransi dan moderasi. Banyak kalangan nasionalis dan non Muslim yang semula tercengang dengan sikap moderatnya menjadi fansnya.

Mungkin akibat hantaman badai ekonomi krisis moneter, Zen kehilangan klien-klien perusahaannya. Karena terbiasa berderma, Zen tak pernah mengeluhkan keadaan meski perlahan tapi pasti situasi finansialnya tak juga membaik sementara kebutuhan hidup, termasuk membiayai studi tiga puteranya juga beberapa anggota keluarganya, dia menjual satu demi satu asetnya hingga menjual setengah rumahnya yang semula punya dua halaman muka dari dua gang berbeda.

Rumahnya mulai sepi pengunjung. Zen berusaha bertahan dengan memulai mencoba usaha kecil-kecilan demi bertahan hidup. Namun ternyata episode ujian belum berakhir. Sisa setengah rumahpun dilepasnya demi memenuhi janjinya memberikan pendidikan berkualitas kepada tiga puteranya. Zenr resmi miskin. Ia meninggalkan kampung halaman yang telah dinikmatinya sejak remaja hingga sukses sebagai profesional muda. Tanpa gengsi, ia mengontrak apartemen bulanan sambil berjuang menjual nasi kebuli di sekitar parkir apartemen.

Meski hidupnya makin sulit, Zen tetap konsisten menentang intoleransi dan semua pandangan diskriminatif. Tulisan-tulisan pendukung kuat Ahok ini mulai menyebar dan menarik perhatian sejumlah tokoh aktivis toleransi dan penentang khilafah. Zen diajak tampil sebagai mitra talkhsow dalam konten di sebuah channel youtube tokoh nasional. Karena dalam video itu Zen menyampaikan secara blak blakan pendangan-pandangan anti intoleransi dengan gaya spontan, ditawarkan kepada channel khusus dan digarap oleh tim ahli media. Tampillah dia dengan brand baru Habib Kribo.

Mungkin sebagian orang, terutama para jelata pendukung habib residivis, mengira HK sengaja membuat konten-konten video demi menciptakan kehebohan yang mendapatkan uang dari addanse . Faktanya dia malah tak mengerti urusan itu, karena yang membuat personal dan mempromoskannya adalah tim. Disengaja atau tidak, gaya bicara dan gesturnya dengan semua yang kita sepakati maupun tidak, HK sukses mengorbankan diri sebagai tumbal untuk tampil mewakili hal yang tidak punya umat, tidak suka disanjung, miskin, tidak sopan, tidak rapi dan sebagainya. Dengan kata lain, HK membuyarkan framing negatif yang mencemooh semua habib, keturunan Arab, keturunan Yaman dan narasi rasial lainnya.

Zen punya kisah sedih yang tersimpan rapi di balik gaya bicaranya yang meletup-letup. Pria kelahiran Solo ini sejak beberapa bulan lalu rutin menemani isterinya menjalani kemoterapi.

Semoga Habib Kribo sehat wal afiat selalu. Kehadirannya menyadarkan kita semua akan toleransi, untuk saling menghormati dan menghargai dalam perbedaan agar kedamaian dirasakan bersama.

Dr.Muhsin Labib Assegaf, M.A

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru

sakarya bayan escort escort adapazarı odunpazarı escort