Des 11, 2024
spot_img

ISRA’ MI’RAJ: SEPENGGAL PERSPEKTIF ‘IRFAN

Oleh: Haidar Bagir

Kenapa Allah Mulai dengan Mensucikan DiriNya?

“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqshaa, yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS al-Isra’: 1).

Pertama, kenapa Allah memulai dengan mensucikan diriNya dulu ketika memulai firmannya tentang isra’ ini? Karena isra’ adalah pendahulu dari suatu perjalanan hambaNya – yakni Nabi Muhammad saw – yang berpuncak pada kebersatuan dg diriNya. Yakni pada ujung perjalanan mi’raj. Penyucian Allah itu adlh untuk menunjukkan bahwa, sejauh apa pun seorang hamba bersatu dg diriNya, tetap saja hamba tak pernah sama dengan Tuannya. Jangankan sama, terbandingkan pun jauh sekali dari itu. Nabi Muhammad, sedahsyat apa pun pengalamannya, hanyalah bersatu dg tajalliy atau tanazzulnya Allah Swt. Bukan dengan DzatNya. Jangankan mencapai Dzat, Dzat itu adlh sesuatu yg misterius mutlak, dlm persepsi manusia. Tak terkecuali dlm persepsi Insan KamilNya. Disebut pun tak bisa. Ghayb al-Ghuyub. Yang Paling Gaib dari semua yang gaib. Maka, dengan penyucian ini tak ada seorang pembaca ayat2 isra’ mi’raj yang boleh gagal dlm memahami bahwa setinggi apa pun pendakian Muhammad saw dlm menjangkau Tuhannya, sama sekali ia tak hisa dibandingkan dg Tuhannya itu. Bagaimana pun juga dia adalah tetap seorang hamba – meski maqam hamba ini, akan segera kita lihat, adalah maqam kemanusiaan yang tertinggi. Betapa pun tingginya, si hamba ada hanya karena diadakan TuanNya. Si hamba bisa mencapai apa saja yg dicapainya hanya karena diizinkan TuanNya. Yg, sebagai hamba, adalah faqir total dan spnhnya mutlak bergantung kepada TuanNya

Tentang Maqam Hamba

Ayat Isra’ ini menyebut Nabi Muhammad sbg “hamba”. Knp hamba? Ya, karena hamba adalah maqam tertinggi keberagamaan seseorang. Hamba adlh seseorg yg tidak memiliki kehendak sama sekali. Seluruh kehendaknya adalah sepenuhnya kehendak Tuannnya. Inilah Muslim sejati. Inilah Muhsin sejati, yg telah berhasil menundukkan secara total egoismenya. Yg telah mencapai tingkat “lam takun” (fana). Dialah yg sdh mewujudkan instruksi Si Tuan agar kita masuk le dalam kepasrahan (silmi) scr totalitas (kaafah). Dirinya telah hilang dalam Tuhan. Inilah maqam spiritual tertinggi. Maqam baqa’ filLaah, setelah fana’ di dlmNya. Pd saat yg sama, hamba adalah kekasih. Karena hamba memuja Tuannya. Kata Nabi, man ahabba syai’an fa huwa ‘abduh. Siapa yang mencintai sesuatu, maka dia hambanya. Dan sebagai imbalannya si hamba dikasihi Si Tuan. Dalam suatu ayat yg indah, Allah Swt memanggil para pemilik jiwa yg tenang – yg ridha kpd Allah dan Allah ridha kpd mereka – untuk masuk ke dalam (golongan) “hamba-hambaKu”, yang sekqligus berarti “ke dalam surgaKu”. Demikian pula di berbagai ayat lain, penggunaan kata “hamba” dlm menyebut makhluk mengandung di dalamnya pengertian kekasih.

Tentang Waktu Malam

Meski bukan tak ada ahli yang menyebut isra’ sebagai perjalanan khayali (imajinal), ibn ‘Arabi termasuk yang berpendapat bahwa isra’ adalah perjalanan fisik.

Penggunaan kata “asraa” itu sendiri sebenarnya, dalam bahasa Arab, juga sudah mengimplikasikan perjalanan malam. Dan hal ini masih ditegaskan lagi dengan kata keterangan waktu “laylan” (di waktu malam). Menurut ibn ‘Arabi hal ini mengindikasikan bahwa perjalanan isra’ adalah perjalanan fisik dalam ruang-waktu (linear). Penunjukan kepada waktu malam, menurut Syaikhul Akbar lebih lanjut, sekaligus menyimbolkan keadaan kegelapan, yang atas latar belakang itu, pencerahan (kasyf, penyingkapan tirai/kegelapan) oleh nur Allah menjadi tampak paling tampak nyata. Kenyataannya, memang di malam hari para pejalan menuju Tuhan diminta menyendiri dari manusia, dalam sunyi dan sepi, lalu berdua-dua denganNya. Agar dengan demikian Allah dapat berbicara terang dan nyaring kepadanya.

Tentang Kecepatan Durasi Isra’

Isra’ Mi’raj adalah perjalanan penuh keajaiban. Meski bukan tak ada ahli yang menyebut Isra’ Mi’raj sebagai perjalanan khayali (imajinal) belaka, Ibn ‘Arabi termasuk yang berpendapat bahwa Isra’ adalah perjalanan dengan jasad.
Tapi, bagaimana perjalanan melintasi jarak fisik yang panjang – bahkan nantinya dalam mi’raj juga jarak khayali dan rohani tanpa batas ruang-waktu itu – bisa terjadi begitu cepat?
Maka, kalau harus dengan jasad, para ‘urafa’ cenderung memahami bahwa Rasulullah saw. menjalani Isra’ Mi’raj dengan jasad barzakhi-nya. Karena jasad barzakhi tak terikat waktu linier (zaman), melainkan dahr (waktu siklikal/perpetuitas). Dahr beroperasi di level al-a’yaan al-tsaabitah dari segala sesuatu di alam semesta (lebih jelasnya lihat di buku Semesta Cinta: Pengantar kepada Pemikiran Ibn ‘Arabi pada bab tentang waktu)
Inilah sejenis waktu yang, di bumi, berlaku atas wujud-wujud imajinal atau khayali
Sbgmn kita bisa mengalami peristiwa yang panjang di alam mimpi padahal diketahui bahwa durasi mimpi itu hanya sebentar. Jasad imajinal atau khayali ini memiliki daya imajinal atau daya khayal. Daya imajinal atau khayali inilah yg melintasi jarak fisik itu nyaris tanpa waktu (in no time). Inilah yang menyebabkan, ketika hrs membuktikan kebenaran isra’, Rasul saw bisa menceritakan satu demi satu bentuk-bentuk detil Masjidil Aqsha, trmsk bahan-bahan yang digunakannya. Persis sbgmn seseorg yg melihat langsung dengan mata kepalanya, bahkan lbh rinci dan ingatan yg lbh kuat.

Tentang Mi’raj

. ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى. فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى
“Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad saw. sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi).” (An-Najm 53:8-9).
Pada sebagian terjemahan Alquran (termasuk terjemahan versi Depag), subyek “dia” dalam ayat tersebut dipahami sebagai Jibril. Kaum ‘urafa’ – trmsk ibn ‘Arabi memahaminya secara berbeda. “Dia” di situ dipahami sbg Allah Swt. Tentu saja bukan Allah dalam DzatNya, melainkan dalam tanazzulnya. Kemungkinan di level ta’ ayyun pertama, yaitu martabat Ahadiyah. Lagipula, jelas di dalam hadis bahwa Jibril sendiri menyampaikan bahwa dia tak bisa ikut ke Sidrat al-Muntaha, ke pohon Sidrat terjauh tempat sang kekasih akan bertemu Sang Pengasih. Dia hrs berhenti “hanya” di langit ketujuh. Dari uraian yang pernah saya baca, memang ini adalah tempat yang berada di atas wilayah Jibril. Spt diajarkan sbgn ‘urafa’, Jibril adalah malaikat utama dalam tingkatan “terendah” malaikat. Di bawah malaikat-malaikat pada level2 malaikat yang lebih tinggi, sampai malaikat2 muqarrabun dan karubiyun. Wilayah pengetahuannya pun masih dalam wilayah intelektual yang lebih rendah. Sedang pengalaman penglihatan/pengetahuan Nabi saw dlm puncak mi’raj ini adalah pengalaman yg jauh lbh tinggi dari itu. Pengalaman kebersatuan. Ya. Dalam konteks inilah para urafa’ memahami makna metafor qaaba qawsayn (dua ujung busur anak panah), yang dipakai Alquran dalam ayat di atas.
Inilah ringkasan penjelasan Ibn ‘Arabi:
Jika dua busur disatukan, maka akan terbentuk lingkaran. Dan, berbeda dengan garis, dalam lingkaran semua titik bisa menjadi titik awal, dan semua titik dapat menjadi titik akhir. Tak jelas lagi di situ mana Allah swt. – yakni si martabat tanazzul-Nya) dan mana Rasul saw. Bahkan, ayat itu menunjukkan, posisi keberadaan keduanya lebih dekat lagi. Karena, betapa pun, lingkaran masih menyisakan jarak. Padahal, bukannya keduanya sudah menjadi satu?
Maka, Mi’raj sesungguhnya adalah kepulangan Nabi saw. kepada rumah asalnya. Kepada Dia swt. yang terhadapnya Alquran menyebut Nabi saw. sebagai mitsil (yang seperti)-Nya:
“…Tak ada sesuatu yang seperti sesuatu yang mirip dengan-Nya…” (QS asy-Syura 42:11)
Yakni saat kembalinya sang Nabi ‘Arab kepada sang Rab, saat kembalinya Sang Ahmad kepada Sang Ahad.
Allahumma shallii alaa Muhammad wa aali Muhammad…

Catatan akhir: Seperti kata ‘Abd al-Rauf Singkili, selamanya hamba tetap hamba dalam taraqqi (pendakian spiritual)nya, dan Tuhan tetap Tuhan, meski dalam tanazzul-Nya. Maka, betapa pun tidak dg Dzat – sesuatu yang mustahil – persatuan hamba-Tuan itu telah terjadi….

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru

sakarya bayan escort escort adapazarı odunpazarı escort