Mei 18, 2025
spot_img

Kang Dedi Mulyadi, Figur Publik yang Gagal Menjadi Teladan

 

Oleh: Ahmad Ghozali Abu Salman –Aliansi Jawara dan Santri se-Banten Raya -JASBARA- 

INDONESIA TODAY ONLINE – Sungguh ironis melihat Kang Dedi Mulyadi, seorang figur publik, bereaksi secara arogan terhadap kritik sederhana dari seorang gadis SMA bernama Aura Cinta yang tinggal di bantaran kali.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi terlibat perdebatan dengan seorang remaja wanita lulusan SMA asal Bekasi, Jabar, bernama Aura Cinta dalam sebuah pertemuan. Video pertemuan ini diunggah melalui akun YouTube resmi Dedi Mulyadi pada 26 April 2025.

Ia adalah siswa asal Kabupaten Bekasi yang kini menjadi viral di media sosial. Remaja yang kritik Dedi Mulyadi hingga dibully publik itu adalah siswi lulusan SMAN 1 Cikarang Utara.. Belakang diketahui Aura Cinta diterima di Fakultas Filsafat Universitas Indonesia (UI).

Alih-alih menunjukkan jiwa besar sebagai Gubernur yang seharusnya melindungi dan membimbing generasi muda, Kang Dedy justru mempertontonkan sikap membela diri berlebihan. Dengan nada tinggi dan merendahkan status sosial Aura Cinta, ia mempermalukan seorang anak yang hanya menyuarakan isi hati dengan polos terlepas pro dan kontra terkait ditiadakannya acara wisuda dan perpisahan SMA. Bukannya memberikan contoh kedewasaan, gaya relasi kuasa dan komunikasi yang tak setara dari seorang Dedi Mulyadi ditambah intimidasi psikologis kepada seorang gadis remaja sungguh tak pantas dan memalukan.

Pernyataan Kang Dedi memperlihatkan rendahnya etika komunikasi yang semestinya dijunjung tinggi oleh seorang pejabat publik dalam berinteraksi dengan warganya. Ucapannya kepada Aura Cinta, “Orang miskin itu hidup prihatin, bukannya bergaya,” bukan hanya merendahkan, tetapi juga mencerminkan relasi komunikasi yang tidak setara antara pejabat dan warga. Pernyataan tersebut sarat dengan nuansa intimidasi psikologis terhadap seorang mahasiswi muda yang seusia dengan anaknya sendiri.

Ini bukan hanya tindakan tidak mendidik, tetapi juga mencerminkan ketidakmampuan menerima kritik yang mestinya menjadi bagian dari keseharian seorang pemimpin. Sungguh tak patut seorang yang dipercaya memimpin daerah bersikap seolah dirinya tak pernah salah dan menganggap kritik dari rakyat kecil sebagai ancaman. Rakyat butuh pemimpin yang mengayomi dan merangkul setiap suara, bukan yang mudah tersulut amarah hanya karena tersentil oleh suara bocah jujur. Dalam kejadian ini, Kang Dedi gagal menjadi contoh bijak bagi generasi muda.

Pandeglang, 29 April 2025

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru

sakarya bayan escort escort adapazarı odunpazarı escort