INDONESIA TODAY ONLINE– Kejahatan intelektual adalah pengkhianatan terhadap akal sehat.Akal sehat menuntun kejujuran berpikir dan kesetiaan pada bukti yang sahih. menolak keduanya maka ia tidak ilmiah secara hakikat maupun metodologis. Bahkan bukan sekedar kejahatan intelektual tapi sudah pada taraf menggerakan sebuah kejahatan sosial.
Ketika kebenaran diselewengkan, dan ilmu dijadikan alat untuk menghasut serta menipu umat, di situlah pengkhianatan intelektual lahir. Ia bukan sekadar kesalahan berpikir, melainkan penyakit hati yang menggerogoti moral dan memadamkan cahaya iman.
Hati yang Semakin Berkarat
Ketika seseorang terus-menerus menempuh jalan kebohongan, karat akan menutupi nuraninya. Semakin lama ia berbicara atas nama agama, semakin jauh pula ia tersesat dari hakikat agama itu sendiri. Dakwah yang seharusnya menebar kedamaian berubah menjadi panggung provokasi kebencian. Majelis dan mimbar agama yang seharusnya menumbuhkan ilmu berubah menjadi ruang gelap fitnah dan permusuhan.
Fenomena ini menjadi ancaman nyata bagi ukhuwah Islamiyah. Tidak sedikit mimbar yang disalahgunakan untuk menyerang sesama muslim hanya karena perbedaan pandangan atau garis keturunan. Padahal Rasulullah Saw telah mengingatkan bahwa “Bukan dari golongan kami orang yang menyeru kepada fanatisme, berperang karena fanatisme, atau mati karena fanatisme.”
Melihat situasi ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengambil langkah tegas dan bersejarah.Melalui Instruksi PBNU Nomor 3975/PB.01/A.II.08.47/99/06/2025, PBNU menyerukan kepada seluruh Nahdliyyin untuk tidak terlibat dalam organisasi atau gerakan apa pun yang didesain untuk menimbulkan perpecahan, menebar kebencian, dan permusuhan.
Instruksi tersebut diperkuat oleh Edaran PBNU Nomor 3391/PB.01/A.II.10.44/99/01/2025, yang menegaskan bahwa organisasi seperti _Perjuangan Walisongo Indonesia – Laskar Sabilillah (PWI-LS)_ tidak memiliki hubungan struktural maupun ideologis dengan NU. PBNU dengan tegas menolak segala bentuk penyalahgunaan nama besar Walisongo dan simbol Nahdliyyin untuk kepentingan adu domba umat.
Langkah PBNU ini bukan sekadar keputusan administratif. Ia adalah tamparan moral bagi siapa pun yang menggunakan agama sebagai alat politik dan kebencian. Ia adalah panggilan bagi kita semua untuk kembali ke jalan kebenaran, jalan yang ditempuh para ulama, penuh adab, kasih sayang, dan kecintaan kepada sesama.
Wahai umat Islam, sadarlah, perpecahan hanya menguntungkan mereka yang haus kekuasaan, bukan mereka yang tulus berjuang demi Allah.Bangkitlah menjaga marwah agama dari tangan-tangan yang menodainya dengan fitnah.Kita tidak boleh diam ketika persaudaraan umat dijadikan korban ambisi.
Karena pada akhirnya, persatuan adalah ibadah, dan kebencian adalah racun.Dan racun itu, tidak boleh dibiarkan menetes lagi di hati umat ini.
Pandeglang, 25 Oktober 2025
Jaringan Jawara & Santri se-Banten Raya (JASBARA)


