Jun 1, 2025
spot_img

Begal Nasab dan Ancaman Pecah Belah Umat: Seruan Santri dan Jawara Menjaga Warisan Ulama

 

Oleh: Ahmad Ghozali Abu Salman – Pandeglang, 04 April 2025, Aliansi Jawara dan Santri se-Banten Raya (JASBARA)

INDONESIA TODAY ONLINE – Sejak sebelum kemerdekaan, sejarah bangsa ini mencatat dengan tinta emas betapa eratnya hubungan antara para Habaib dan para Kyai. Mereka bukan hanya bersaudara dalam iman, tetapi juga bersatu dalam perjuangan: menuntut ilmu, mendidik umat, serta mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Hubungan itu dibangun di atas fondasi cinta kepada ilmu, akhlak mulia, dan semangat kebangsaan.

Para Kyai banyak menimba ilmu dari para Habaib, mengambil berkah dari sanad keilmuan yang bersambung hingga Rasulullah SAW. Sebaliknya, para Habaib—terutama generasi muda kalangan Sayid—mendapat tarbiyah dari para Kyai di berbagai pesantren. Dari rahim persaudaraan itu, lahirlah generasi penerus yang kuat dalam ilmu dan teguh dalam semangat nasionalisme. Bahkan di antara mereka, terjalin ikatan kekerabatan melalui pernikahan, memperkuat ukhuwah, bukan hanya dalam keilmuan, tetapi juga dalam keluarga.

Namun hari ini, kita menyaksikan fenomena yang sangat memprihatinkan. Muncul sekelompok kecil orang yang mengaku membela agama, tetapi justru membawa misi perpecahan. Mereka adalah gerombolan begal nasab—kelompok intoleran yang mencoba membenturkan Kyai dengan Kyai, Habaib dengan Kyai, bahkan mengadu domba umat dengan narasi-narasi penuh kebencian. Mereka menyebar fitnah, mengangkat isu kesukuan, dan mencoba mengoyak harmoni yang telah dibangun oleh para ulama selama ratusan tahun.

Di tengah situasi ini, penting untuk mengingat kembali kisah yang menguatkan persaudaraan antara ulama dan habaib. Dalam suatu kunjungan kenegaraan ke Yaman, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang kala itu didampingi oleh K.H. Yahya Cholil Staquf sebagai sekretarisnya, sempat berbisik kepada Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh. Dengan tenang, Gus Dur berkata, “Saya juga keturunan Yaman, dari Hadramaut.” Sebuah pengakuan yang mempertegas bahwa bahkan Hadratussyeikh Kyai Hasyim Asy’ari—pendiri Nahdlatul Ulama—merupakan keturunan Ba’alawi, dari keluarga Basyaiban. Kisah ini, sebagaimana diceritakan kembali oleh Gus Yahya, menunjukkan betapa hubungan darah dan keilmuan antara habaib dan kyai tak bisa dipisahkan.

Gerakan adu domba yang mengatasnamakan agama ini bukan hanya keliru, tetapi juga merupakan kejahatan sosial dan spiritual. Mereka menyalakan api permusuhan, menyulut syak wasangka, dan membungkus ambisi pribadi dengan simbol-simbol agama. Perilaku semacam ini adalah perbuatan setan yang sangat tercela—jauh dari nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Sebagai santri, sebagai umat Islam, sebagai anak bangsa, kita semua harus bersatu melawan gerakan-gerakan ini. Menjaga persaudaraan antara Kyai dan Habaib adalah menjaga warisan ulama, menjaga keutuhan umat, dan menjaga NKRI dari upaya adu domba yang berbahaya.

Kini saatnya kita kembali meneguhkan semangat cinta dan persatuan. Meneladani para Kyai dan Habaib terdahulu yang saling menghormati, saling belajar, saling menguatkan, dan bersama-sama membangun umat. Mari kita lawan gerombolan begal nasab dengan ilmu, akhlak, dan keteguhan hati.

Karena di atas jalan para ulama, tak ada tempat bagi kebencian. Yang ada hanyalah cinta, persaudaraan, dan perjuangan bersama.

Pandeglang, 4 April 2025

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru

sakarya bayan escort escort adapazarı odunpazarı escort