Pidato Bung Karno Di Semarang Tahun 1948 :
“Kita kini sudah merdeka. Tentu kita harus bersyukur kepada Allah Tuhan YME
Kita juga harus berterima kasih kepada seluruh rakyat yang sudah berjuang untuk kemerdekaan. Karena ada warga keturunan yang juga ikut berjuang membantu perjuangan.
Kita juga harus berterima kasih kepada warga keturunan Cina. Kita juga harus berterima kasih kepada warga keturunan India. Tetapi kita jangan berterima kasih kepada warga keturunan Arab.
Karena … mereka … sudah menjadi bagian dari keluarga besar bangsa kita sejak ratusan tahun yang lalu….”
Maka itu Bung Karno sendiri yang mengusulkan dan membuat PP No.10 yang disetujui MPR bahwa status Kewarganegaan Keturunan Arab adalah ‘Stelsel pasif’ yang sama dengan warga Pribumi, secara otomatis dianggap dan dicatat sebagai WNI.
Sedangkan warga keturunan Cina dan India dan lain-lain diklasifikasikan ‘Stelsel Aktif’ artinya untuk jadi WNI mereka harus mendaftarkan diri dan mendapat SKBRI lebih dulu baru bisa dicatat sebagai WNI.
(Disarikan dari Disertasi Mantan Mentri Agama Prof.Dr. Mukti Ali di IAIN Sunan Kalijogo Jogjakarta tahun 1970, Pidato Bung Karno di Semarang tahun 1948 dan berbagai sumber).
Pidato Bung Karno Tentang Keturunan Arab di Yogyakarta 1947
Saudara-saudara bangsa Indonesia toeroenan Arab!
Saja mengarti djiwa saudara-saudara, dan mengetahoei oesaha saudara-saudara sebagai poetera-poetera Indonesia.
Saudara-saudara mentjintai saja sebagai bapak. Saja poen mentjintai saudara-saudara sebagai anak-anakkoe, sebagaimana saja djoega mentjintai tiap-tiap poetera dan poeteri Indonesia.
Landjoetkanlah oesahamoe dengan seichlas-ichlasnja dan sedjoedjoer-djoedjoernja. Dan dengan djalan mendidik diri sendiri serta mendidik kalangan Arab seoemoemnja, soepaja dapat menjamboet masa perdjoangan baroe ini dengan sebaik-baiknja.
Dengan demikian, ajah-ajahmoe kelak nistjaja akan lebih mengarti akan djiwamoe, sehingga kamoe dan mereka sekalian akan dapat memberikan soembangan yang semoelia-moelianja oentoek Tanah Air, Bangsa dan Negara kita.
Saja membenarkan apa jang soedah dinjatakan oleh saudara A.R. Baswedan tempo hari, bahwa kamoelah sendiri jang haroes menentoekan pandangan hidoepmoe. Boekan orang dari loear! Salah benar, kalau nasibmoe kamoe pergantoengkan kepada toentoetan orang loear. Karena, kamoe sendirilah jang dapat mengarti perasaanmoe, djiwamoe, keboetoehanmoe, hari kemoedianmoe, dan hari kemoedian anak-tjoetjoemoe.
Dengan pertjaja pada dirimoe sendiri Insja Allah Toehan akan memberkati perdjoeanganmoe.
SOEKARNO
Djokjakarta, 29-3-1947
Bung Hatta tentang Keturunan Arab Indonesia
Sumpah Pemuda Indonesia Keturunan Arab 1934, yang berisikan:
1. Tanah Air Peranakan Arab adalah Indonesia,
2. Karenanya mereka harus meninggalkan kehidupan menyendiri (isolasi).
3. Memenuhi kewajibannya terhadap Tanah Air dan bangsa Indonesia, adalah TEPAT SEKALI.
Dengan sumpah ini, yang ditepati pula sejak itu dalam perjuangan nasional Indonesia menentang penjajahan sambil ikut dalam organisasi GAPI, dan kemudian lagi ikut dalam peperangan Kemerdekaan Indonesia dengan laskarnya dengan memberikan kurban yang tidak sedikit, ternyata bahwa Pemuda Indonesia Keturunan Arab, benar-benar berjuang untuk kemerdekaan Bangsa dan Tanah Airnya yang baru.
Sebab itu TIDAK BENAR, apabila warga negara keturunan Arab disejajarkan dengan W.N.I. keturunan Cina. Dalam praktik hidup kita alami juga banyak sekali W.N.I. turunan Cina yang pergi dan memihak kepada bangsa aslinya: RRC. Warga negara keturunan Arab boleh dikatakan tidak ada yang semacam itu. Indonesia sudah benar-benar menjadi Tanah Airnya.
Sebab itulah SALAH BENAR, apabila kedua macam WNI itu disejajarkan dalam istilah “NON-PRIBUMI”.
Jakarta, 24 November 1975.
MOHAMMAD HATTA